Senin, 08 September 2014

Budidaya Apel



budidaya bertanam apel

1. Asal usul tanaman Apel

Apel adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat yang memiliki iklim sub tropis. Di Indonesia apel sudah ditanam sejak tahun 1934 sampai sekarang.

Menurut Silsilah, tanaman apel termasuk dalam:
Divisio       : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas            : Dicotyledonae
Ordo           : Rosales
Famili          : Rosaceae
Genus         : Malus
Spesies       : Malus sylvestris Mill
Dari spesies Malus sylvestris Mill inilah, berasal beragam varietas yang memiliki ciri khas tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.

2. Manfaat tanaman apel

Buah Apel mengandung banyak vitamin C dan B yang di butuhkan tubuh. Apel juga kerap dijadikan pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.

3. Pusat penanaman

Pusat penanaman apel di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel adalah di Malang ( Batu dan Poncokusumo ) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jawa timur. Di sini apel telah diupayakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 sampai saat ini. Selain itu daerah lain yang
banyak ditanami apel adalah Jawa Timur ( Kayumas - Situbondo, Banyuwangi ), Jawa Tengah ( Tawangmangu ), Bali ( Buleleng dan Tabanan ), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan pusat budidaya apel dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.

4. Syarat tumbuh tanaman apel

a. Iklim
1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm / tahun dengan hari hujan 110-150 hari / tahun. Dalam satu tahun banyaknya bulan basah mencapai 6 - 7 bulan sedangkan bulan kering 3 - 4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga dapat menyebabkan bunga gugur hingga tidak bisa jadi buah.
2) Tanaman apel butuh cahaya matahari yang cukup antara 50 - 60% setiap hari, terutama disaat pembungaan.
3) Suhu yang sesuai untuk apel berkisar antara 16 - 27 derajat C.
4) Kelembaban udara yang dibutuhkan tanaman apel berkisar 75 - 85%.
b. Media Tanam
1) Tanaman apel dapat tumbuh baik pada tanah yang bersolum dalam, memiliki lapisan organik tinggi, serta struktur tanahnya remah serta gembur, memiliki aerasi, penyerapan air dan porositas baik, hingga pertukaran oksigen, pergerakan hara serta kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol serta Regosol.
3) Tingkat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6 - 7 serta kandungan air tanah yang dibutuhkan selalu tersedia.
4) Pada pertumbuhannya tanaman apel memerlukan kandungan air tanah yang cukup.
5) Keiringan yang sangat tajam dapat menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih dapat ditanami.
c. Ketinggian Tempat
Tanaman apel bisa tumbuh serta berbuah baik pada ketinggian 700 - 1200 meter dari permukaan laut ( m dpl ), dan dengan ketinggian optimal 1000 - 1200 m dpl.

5. Cara Budidaya Apel


A. Pembibitan
Pembiakan bibit tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Pembiakan yang baik yang umumnya  dilakukan adalah pembiakan vegetatif, sebab pembiakan generatif memakan waktu lama serta sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik pembiakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan pembiakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan /budding, sambungan / grafting dan stek. Ada baiknya anda mengikuti pelatihan pertanian untuk melakukan pebibitan apel.
    
1) Persyaratan Benih
Syarat batang bawah : adalah apel liar, perakaran luas serta kuat, bentuk pohon kokoh, memiliki daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat serta memilki sifat - sifat unggul.

2) Penyiapan Benih
     
Penyiapan benih dilakukan dengan cara pembiakan batang bawah dengan langkah - langkah sebagai berikut:
a) Anak-an / siwilan
1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 centimeter , diameter 0,5 centimeter serta kulit batang kecoklatan.
2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara perlahan - lahan dan hati - hati.
3. Sesudah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 centimeter  dengan kedalaman parit 40 centimeter .

b) Rundukan (layering)
1. Bibit hasil rundukan bisa didapat dengan dua cara yakni:
- Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu serta ditimbun tanah, penimbunan dilakukan tiap 2 mata, jika telah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.
- Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 centimeter diatas tempelan, bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah lalu ditekuk lagi keatas. Di tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.
2. Sesudah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.
                                                              
c) Stek
Stek apel liar memiliki panjang 15 - 20 centimeter  ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F agar merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 centimeter , setiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1centimeter serta perakaran sudah cukup kuat.
       
3) Teknik Pembibitan
a) Penempelan
1. Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yakni sudah berumur 5 bulan, diameter batang ± 1 centimeter serta kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). lalu lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak
3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 centimeter dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya serta dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata tempel pada dalam lidah batang bawah hingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.
5. Sesudah 2 - 3 minggu, ikatan tempelan bisa dibuka serta semprot / kompres menggunakan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar serta melekat.
6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 centimeter diatas okulasi dengan posisi melintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang.
Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan hingga memacu pertumbuhan mata tunas.
                                          
b) Penyambungan
1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 centimeter dari leher akar.
3. Potong pucuknya serta belah bagian tengah batang bawah dengan panjang 2 - 5 centimeter.
4. Cabang entres dipotong se panjang ± 15 centimeter  (± 3 mata), daunnya dibuang, kemudian pangkal batang atas di iris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.
5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, hingga kambium keduanya dapat bertemu.
6. Ikat sambungan menggunakan tali plastik serapat mungkin.
7. Kerudungi setiap sambungan menggunakan kantung plastik. Sesudah berumur 2 - 3 minggu, kerudung plastik bisa dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.
                          
4) Pemelihara an pembibitan
Pemeliharaan batang bawah meliputi
a) Pemupukan: dilakukan 1 - 2 bulan sekali menggunakan urea serta TSP masing - masing 5 gr per tanaman ditugalkan /disebar mengelilingi  sekitar tanaman.
b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
d) Pemberantasan hama serta penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali setiap bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalah Antracol dan Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide dan Decis.
Bersama dengan itu bisa juga diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
        
5) Pemindahan Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) bisa dipindahkan ke media tanam saat umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.
     

B. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Persiapan yang diperlukan merupakan persiapan pengolahan tanah serta pelaksanaan survei. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan serta biaya yang diperlukan.
2) Pembukaan Lahan
Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa - sisa tanaman yang masih tertinggal.
3) Pembentukan Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir tidak dibutuhkan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.
4) Pengapuran
Pengapuran bertujuan agar menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.
5) Pemupukan
Pupuk yang digunakan saat pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kilogram per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.

C. Teknik Penanaman
1) Penentu-an Pola Tanam
Tanaman apel bisa ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya bisa dilakukan bila tanah belum tertutup tajuk - tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat itu, sesudah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, misalnya cabai, bawang dan lainnya. Tanaman apel tidak bisa ditanam pada jarak yang terlalu rapat sebab akan menjadi sangat rimbun dan akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatnya pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal bagi tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 meter, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 meter.
     
2. Pem buatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam adalah 50 x 50 x 50 centimeter  sampai 1 x 1 x 1 meter. Tanah atas serta tanah bawah dipisahkan, masing - masing dicampur pupuk kandang sekurang kurangnya 20 kilogram. Sesudah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, serta menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.
              
3. Cara Penanaman
Penanaman apel dapat dilakukan pada musim penghujan maupun kemarau (di sawah). Pada lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.
Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatur perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.
d. Jika seluruh tanah telah masuk, tanah ditekan - tekan secara perlahan menggunakan tangan supaya bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.






D. Pemeliharaan Tanaman
1 Penjarangan serta penyulaman
Penjarangan tanaman tidak di perlukan, tapi penyulaman diperlukan bagi tanaman yang mati atau dimatikan karena tidak menghasilkan menggunakan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
2 Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya jika disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap bisa mengganggu tanaman. Di kebun yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat (± 3×3 m), penyiangan hampir tidak di butuhkan sebab tajuk daun menutupi permukaan tanah hingga ilalang  tidak dapat tumbuh.
3 Pembubunan
Penyiangan umumnya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman supaya tidak tergenang air serta juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan pasca panen atau bersamaan dengan pemupukan.
4 Perempalan / Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 centimeter, tunas yang tumbuh di bawah 60 centimeter, tunas - tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4 - 6  mata serta bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit serta tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan hingga didapat bentuk yang diinginkan ( 4 - 5 tahun ).
5 Pemupukan
a) Pada musim hujan/tanah sawah
1. Bersamaan rompes daun

6. Hama dan Penyakit


1. Hama
1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur bisa menetas dalam 3 - 4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel sel
daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, serta buah, (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga), daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah - buah muda gugur, jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa, (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc / liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/h air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan serta dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah
bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)
Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintikbintik
putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.
4) Ulat daun (Spodoptera litura)
Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).
5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala : menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda, tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang terserang menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris; tunas yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah
menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian : (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida seperti
Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.
6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala : menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daundaunnya dengan kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti : Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.
7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.

2. Penyakit
1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab : Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp. Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.
2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala : pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar; (2) disemprot
fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.
4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala : menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian : (1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.
5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)
Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian : tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.
6) Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala : menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.

7. Panen


1. Ciri dan Umur Panen
Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.

2. Cara Panen
Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.

3. Periode Panen
Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.

4. Prakiraan Produksi
Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.

8. Pasca Panen


1. Pengumpulan
Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.

2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk. Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.

3. Penyimpanan
Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127- 141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C.

4. Pengemasan dan Transportasi
Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

Sumber

Minggu, 07 September 2014

Budidaya Kelapa Sawit

A. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
              
B. SYARAT PERTUMBUHAN
1. Iklim
    Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.

2. Media Tanam
     Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

C. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Pembibitan

                 
1.1. Penyemaian
       Kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90×90 cm.
                                     
1.2. Pemeliharaan Pembibitan
       Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan. Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :
              

Pupuk Makro
15-15-6-4 Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
12-12-17-2 Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).
12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
POC NASA Mulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

D. TEKNIS PENANAMAN
1. Penentuan Pola Tanaman
    Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
                                              

2. Pembuatan Lubang Tanam
    Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
                                          

3. Cara Penanaman
    Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPERNASA. Adapun cara penggunaan SUPERNASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter 2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. 
                       

E. PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penyulaman dan Penjarangan
    Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
2. Penyiangan
   Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.
      
3. Pemupukan
   Anjuran pemupukan sebagai berikut :
       
Pupuk Makro

Urea
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
225 kg/ha
1000 kg/ha
TSP
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
  2. Bulan ke 48 & 60
115 kg/ha
750 kg/ha
MOP/KCl
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
200 kg/ha
1200 kg/ha
Kieserite
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
75 kg/ha
600 kg/ha
Borax
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
20 kg/ha
40 kg/ha
NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April). POC NASA.
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0-36 bln
2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 – 5 bulan sekali
>36 bln
3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali


b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA.
Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPERNASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.)
Tambahan:
Untuk tanaman yang sudah produksi atau berbuah gunakan POWER NUTRITION guna meningkatkan pembuahan. Pupuk organik POWER NUTRITION adalah pupuk yang diformulasikan secara khusus untuk merangsang pertumbuhan bunga dan meningkatkan pembuahan agar lebih optimal. POWER NUTRITIONdibuat dari berbagai bahan organik alami yang diproses secara khusus dengan kandungan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi buah.
Cara pemakaian adalah : 3 sendok makan POWER NUTRITION dilarutkan ke dalam air di campurkan 1/2 tutupAERO 810 untuk membantu peresapan nutrisi pada akar. Selanjutnya siramkan di sekeliling perakaran tanaman. Lakukan pemupukan ini setiap 3 bulan sekali untuk hasil optimal.
4. Pemangkasan Daun
                               
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
  1. Pemangkasan pasir. Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
  2. Pemangkasan produksi. Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
  3. Pemangkasan pemeliharaan. Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.
5. Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.
                
6. Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga.
                    
a. Penyerbukan oleh manusia.
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.
Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit.
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

F. HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

2. Penyakit
a. Root Blast
   Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
    Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
    Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

G. PANEN
   Umur Panen
   Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.